Wednesday, December 15, 2004

Sebuah Analogi

Dari hidup yang tak kunjung bisa dimengerti serta yang sudah penuh dengan ketidakpastian, akhirnya muncul kembali dibawa ke jarak yang lebih dekat antara hidup dan mati. Semuanya adalah sesuatu yang berupa bayang-bayang yang nyata terdapat di awan dan di angan. Tak ubahnya sebuah kejadian yang semestinya hanyut oleh berbagai cerita yang tak diperlukan olehku dan mu.

Biar esok yang kembali menceritakan apakah sebuah kebenaran adalah benar ataukah hanya akan membawa suatu kebenaran. Dan jika sesuatu itu adalah elok yang indah di ufuk sana. Biarkan pula jiwa ini terbawa kesana. Aku tak akan hanyut oleh angin juga tak akan terbang tergantung dari apa yang akan aku lakukan sekarang dan di esok hari.

Tak tahu lagi kemana kaki kujejakkan dan tak tahu lagi kapan aku harus kembali untuk meratap dan menangisi jasad terbata-bata mengais hidup. Jadilah sebuah cerita untuk nanti karena cerita adalah keindahan yang termaktub dalam ketidaksengajaan.

Semuanya kini adalah sebuah naluri dimana semuanya terbuat dari sisa pikiran yang menutupi semua janji. Untuk apa jauh dan dekat jika semua telah terbawa. Dan untuk apa hidup dan mati jika kita tak mampu memahami yang kita nikmati sekarang nikmat ataukah kiamat. Tunjukkan ilmu, tunjukkan kharisma yang sering tertinggal dipengaruhi oleh setangkup sisa dosa tak menentu. Kumohonkan sisa tenaga yang ada ini untuk bisa mengais janji untukmu. Bisikkan semua yang tak dimengerti olehmu padaku.

Aku tetap sepenggal cerita yang tak bisa dimengerti sesekali saja. Selami dan jelajahi sisi tubuh yang sudah sisa ini. Karena esok adalah nanti dan kemarin adalah ampas kehidupan, lupakan dan singkirkan.

Untuk sebuah hati yang sulit dimengerti...

0 komentar:

Post a Comment

<< Home