Temui Aku di Garis Lini
Saat aku tak kembali lagi, saat aku sudah tak bisa sembunyi dibalik kepalsuan tunggulah aku di garis lini. Tempat mengaitkan ikhtiar, cita-cita dan keinginanku untuk bisa memiliki keinginan hati. Aku tak sempurna tanpamu, aku tak berdaya tanpamu, aku terbiasa dengan bijakmu itu. Rasanya ingin menangis kehilangan dirimu, seakan hati sudah terpisah dan terbelah terkapar tak lagi berdaya tanpa adanya kuasa untuk bertindak.
Garis lini tempatku menunggumu jika kau mau menyusulku. Menjemput dengan berbagai tumpahan harap yang kian menjadi disaat aku membutuhkan teman hidup untuk menjelejah jauh di kelamnya mata untuk berjalan. Jadilah teman untuk berbagi denganku.
Di garis lini ini aku tertunduk berisak air mata tertumpah menjelang perginya dirimu. Entah apa kuperbuat untuk membuatmu mengerti aku. Aku bisa bertarung, berkelahi, berkelakar dan bertanya hanya denganmu. Hingga akhirnya selesai jalan berakhir untuk ditutup ujungnya.
Biar aku tak melihat masa lalu itu yang penuh dendam dan sakit hati. Jika menunduk untuk menangis, ijinkan kutumpahkan air mata ini untuk menghancurkan kerasnya hati kecil ini. Sungguh hati ini dibutakan oleh nafsu dan keiinginan duniawi menyesatkan yang membuatku sulit menitikkan air mata untuk bunda tercinta.
Jangan ikut menangis, karena tangismu bukan untukku tapi hanya untuk sedihmu. Simpan saja untuk dirimu dan biarkan aku sendiri...garis lini tak lagi berisi yang kuinginkan. Biar ku kedinginan sepi mengais uap pagi yang tak ramah untukku...biar kesedihan menumpuk sendiri di ufuk timur esok...
Garis lini masih ada...dan disana aku berada

0 komentar:
Post a Comment
<< Home